Kemunculan musik underground di Indonesia dianggap lebih karena keinginan berekspresi yang “lain dari yang lain”, disamping sebagai protes terhadap aliran mainstream atau grup-grup mayor label. Mereka menganggap grup-grup musik beraliran pop komersil hanya menarik keuntungan secara ekonomi dengan bermusik secara gampangan. Pendapat ini bukan tidak mempunyai dasar, membuat dan mengaransemen musik metal tak sesederhana anggapan segelintir orang yang beranggapan bahwa metal hanya tentang musik yang sekedar berisik dengan tipe vokal kasar (ghrowl). Namun harus diawali dari personil yang mempuyai skill di atas rata-rata, minimal bisa melakukan speed picking, karena metal identik dengan tempo cepat.
Band-band metal kenamaan semacam cradle of filth, dimmu borgir, gorgoroth, satanic ritual, avenged sevenfold, as blood runs black, dan job for a cowboy mempunyai peran tersendiri dalam perkembangan musik metal dalam negeri. Cara mereka berpakaian dan atraksi panggung mereka, yang bagi orang awam bisa disebut perbuatan yang “ganjil” pun menjadi tolok ukur dan barometer musisi metal lokal dalam bermusik dan mengekspresikan emosi dengan gaya dan cara mereka yang khas. Namun hal ini bukan berarti musisi Indonesia menjiplak mentah-mentah musik luar negeri, musisi metal Indonesia juga sedikit banyak mempunyai karakteristik dalam aksi panggungnya, contohnya dengan meletakkan sesajen, lengkap dengan kembang tujuh rupa, air kembang, kemenyan yang dibakar, dan tak lupa kepala kambing bersimbah darah melengkapi aksi panggung mereka, hal yang mungkin sulit dijumpai kecuali di Indonesia. Para Undergrounder dikenal “humanis sekali dan peka terhadap sekelilingnya”, kepekaan inilah yang selanjutnya dituangkan melalui lirik-lirik lagu mereka, yang rata-rata bercerita tentang kebencian, pemberontakan, kematian, kekuasaan setan di dunia, dan bahkan pada beberapa kata-kata sedikit menyisipkan lirik yang dinilai kontra agama. Belum lekang dari ingatan, perdebatan di dunia maya muncul lantaran sebuah lagu dari Funeral Inception (FI), surga di telapak kaki anjing. Menanggapi kecaman-kecaman yang mulai menjamur, FI pun menjelaskan mengenai latar belakang mereka dalam membuat lagu tersebut, dan dimuat dalam akun jejaring sosial mereka.
Personil dan fans aliran underground identik dengan kostum kebesaran hitam-hitam dengan hiasan nama dan logo grup musik metal yang nyaris tidak bisa dibaca lantaran cara dan model penulisannya yang terkesan aneh-aneh. Selain itu, juga disajikan kostum-kostum khas yang antara lain menampilkan angka 666, hexagram atau pola simetris dengan 6 sudut, jubah bermotif kepala kambing (baphomet) dengan grafir pentagram, hingga gambar gadis telanjang dada dengan tubuh berdarah bekas tikaman pisau atau gigitan. Namun, tak hanya dalam underground, simbol-simbol ini belakangan ‘diketahui’ publik digunakan oleh Ahmad Dhani, bos Republik Cinta Manajemen (RCM), sekaligus seorang musisi kenamaan dalam negeri dalam produksi musiknya, mulai dari gaya pakaiannya saat mangung, cover album, hingga video klip buatannya. Dianggap memprogandakan simbol-simbol dan segala sesuatu yang berbau yahudi, dalam sebuah talkshow stasiun televisi swasta, Dhani menanggapi dengan dingin, Ia mengatakan bahwa sampai saat ini, tidak ada satupun baladewa (sebutan bagi penggemar grup musik dewa) yang mengaku terpengaruh ataupun sampai mengikuti ‘ajaran’ Dhani.
Simbol-simbol tersebut dianggap berhubungan dengan segala hal yang berkaitan dengan ilmu hitam, setan, dan zionis. Dimulai dari angka 666, semua yang buruk dan jahat konon mempunyai kaitannya dengan angka 666 seperti roulet, apabila semua angka di meja roulet dijumlahkan akan menjadi 666. Racun yang mematikan adalah racun Hexachloride atau racun 666 yg diambil dari formula kimia C6H6Cl6. Pentagram, simbol yang sering digunakan oleh para tukang sihir perempuan zaman dahulu dalam melakukan prakteknya ini dianggap berhubungan dengan Lucifer dan tukang sihir perempuan percaya bahwa Lucifer berarti “putra sang pagi”. Dan sampai saat ini Pentagram dijadikan sebuah simbol identik oleh seluruh gereja setan di kolong langit. Gereja setan dipelopori oleh Anton Szandor LaVey, orang yang juga menulis kitab iblis. Hal berikutnya yang sering muncul adalah hexagram, disebut hexagram karena berbentuk bintang segi enam. Hexagram sering dipergunakan dalam upacara ritual mistik dalam dunia gaib hitam. Khusus dalam cover album salah satu anak buah Dhani di RCM, disana terdapat lambang mata horus (eye of horus). Simbol ini disebut-sebut muncul sejak zaman mesir kuno. Horus adalah sosok dewa yang berhubungan dengan matahari. Ia merupakan putra dari Isis dan Osiris. Mata Horus merupakan simbol mistik dari kekuatan gelap yang bermakna ‘Maha Tahu’ dan ‘Maha Melihat’.
Apakah angapan bahwa mereka pemuja setan memang benar adanya? Sangat sulit memang untuk membuktikan secara gamblang. Para penggila musik metal di Indonesia jelas-jelas menolak anggapan tersebut, tidak seperti undergrounders mancanegara yang terang-terangan mengamini anggapan tersebut, bagaimana band sekelas AC/DC mengucapkan terima kasih pada setan secara lisan saat menerima penghargaan MTV award 1992 silam, atau lagu Stairway to Heaven dari Led Zeppelin yang jika diputar terbalik akan berisi kata-kata pemujaan setan. Terdapat berbagai macam pemikiran tentang satanisme. Begitu mendengar kata satanisme, mayoritas orang akan langsung berfikir tentang kaum anti agama yang melakukan pemujaan terhadap setan dengan ritual-ritual yang menyeramkan. Memang, tak sepenuhnya anggapan tersebut keliru, namun perlu dicatat, pengertian kaum satanis yang terdapat dalam satanic bible karangan Anton, bukanlah kaum penyembah setan, namun kaum atheis, meterialis, sekaligus otodeis yang tidak mengenal Tuhan, hanya percaya kepada keberadaan benda belaka, sekaligus menyembah diri mereka sendiri. Oleh karena itu, kaum satanis tidak percaya kepada setan sebagai makhluk nyata. Meskipun orang-orang menganggap mereka penyembah setan, kaum satanis tidak mengakui adanya setan. Bagi mereka, setan hanyalah lambang yang menyatakan permusuhan mereka terhadap agama-agama yang ada di muka bumi.
Pada akhirnya, semua kembali pada persepsi dan anggapan kita masing-masing. Ada baiknya saat kita mendengar lirik-lirik lagu yang dianggap berbau satanis atau menyimpang dari agama, anggap saja sebagai lirik pemanis lagu, yang tak terdapat kewajiban untuk kita meyakini hal tesebut. Pun dalam menyikapi munculnya simbol-simbol yang sekali lagi dianggap menyimpang dari falsafah kehidupan beragama, alangkah lebih baik jika kita terlebih dahulu membentengi diri dengan agama yang kita yakini, tanpa memperdulikan tujuan yang mungkin menyertainya, diharapkan agar tidak terjerumus dalam jurang keragu-raguan. Namun, khusus bagi hal yang bersinggungan dengan satanisme, memuja nan menyembah diri sendiri merupakan larangan oleh agama manapun. Apalagi hal pertama yang tercantum di dasar negara kita adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, segala hal dalam kehidupan adalah merupakan campur tangan Tuhan sebagai pemilik hidup.
0 komentar:
Posting Komentar