Band pop masa kini yang notabene penjualan album dan ring back tone (RBT) laris manis di pasaran, ternyata belum tentu dapat meraih dan menarik perhatian publik serta penggemar fanatiknya pada situs jejaring sosial terpopuler tersebut.
Superman Is Dead, atau disingkat SID, terbukti berhasil mengumpulkan 1,373,229 penggemar pada situs Facebook. Angka yang tergolong fantastis dan di atas rata-rata untuk seukuran band yang tetap bertahan dari godaan pasar musik mainstream selama bertahun-tahun, serta tetap setia mengibarkan bendera dan menabuh genderang punk rock.
Band pop yang tengah berkibar saat ini semacam ST12 hingga detik ini hanya berhasil mengumpulkan 188,092 penggemar di situs Facebook, Diikuti Hijau Daun dengan 49,198 penggemar, Armada 639,167 penggemar, Radja 11,157 penggemar, D' Bagindas 36,495 penggemar, dan Wali dengan 23,419 penggemar. Laku di pasaran bukan jaminan populer di ranah maya.
"Menurut gue sih ini fenomena yang nggak aneh. Karena SID cukup lama tergabung dengan major label, otomatis dipromosikan secara luas oleh major label. Apalagi rilisan-rilisannya cukup diminati masyarakat," jelas Harlan Boer atau yang lebih dikenal dengan nama Bin, sang A&R label Jangan Marah Records.
Lebih jauh Bin menjelaskan, SID termasuk band yang sudah duluan besar namanya sebelum ada situs Facebook. Jadi, Facebook berguna sebagai sarana promosi 'lanjutan' setelah berpromosi di media-media massa konvensional.
"Kurang lebih seperti fenomena presenter-presenter TV dengan jumlah follower Twitter yang begitu banyak. Masyarakat pengguna Facebook dan Twitter sudah kenal mereka duluan sebelum Facebook dan Twitter lahir," tutur Bin.
Jadi, kata dia, begitu mereka bergabung dengan Facebook dan Twitter, orang-orang sudah aware siapa SID. Fungsi jejaring sosial bagi SID saat ini berbeda dengan fungsi internet ketika mereka baru merilis EP mereka bersama Spills Records.
Dulu SID menggunakan mailing list internet untuk memperkenalkan siapa mereka. "Kalau sekarang mereka memakai internet lebih ke arah untuk me-maintain nama mereka," tambah Bin.
Menurut Bonny Sidharta, sang pencabik bas band metal Deadsquad dan Raksasa, pencapaian SID ini sangat fenomenal.
"Mereka tidak berada di wilayah mainstream. Gue tahu banget tidak gampang untuk mendapat kepercayaan seperti itu. Untuk sebuah band yang ada di luar kuping mainstream sih buat gue mereka itu dahsyat. Kalo patokan ke band-band pop melayu jelas yang nonmelayu lebih punya pasar," jelas Bonny.
Ia menjelaskan, di kalangan melek internet, fans-fans pop melayu itu tidak ada yang loyal. Mereka terbiasa nonton ajang pertunjukan musik yang diadakan sponsor tanpa mengeluarkan uang. "Berbeda dengan band-band komunitas. Dan SID, sebesar apapun buat gue, mereka tetap band komunitas dengan fans yang loyal,” ungkap Bonny.
Superman Is Dead adalah band pionir punk rock asal Bali yang lahir dan dibesarkan di kawasan Kuta. SID digawangi tiga pemuda tampan dengan attitude khas mereka, yaitu Bobby Kool (vokal, gitar), Eka Rock (bas dan backing vokal), dan Jerinx atau lebih dikenal dengan Jrx (drummer).
Revolusi three-chords SID sukses merasuki jiwa anak muda di seluruh belahan tanah air. SID berusaha memberikan jawaban dari teriakan dan protes sumbang kaum muda.
Disaat media elektronik berlomba-lomba menayangkan gelombang invasi pop yang seragam, SID tetap berdiri dengan gagahnya tampil diseluruh media dengan mengusung genre punk rock yang di padu dengan outfit rockabilly, tanpa mengurangi ciri khas mereka sedikit pun.
Bermula pada 1995 di Bali, lalu di tahun-tahun berikutnya mereka mulai menghantam dan mendobrak sejumlah pemikiran ortodoks dan mekanisme industri musik Tanah Air. Konsistensi yang patut diacungi jempol serta sikap yang kuat melandasi perjalanan Superman Is Dead.
0 komentar:
Posting Komentar